Etika Snorkeling: Menjaga Kelestarian Ekosistem Laut

Menyelami keindahan bawah laut melalui snorkeling adalah pengalaman yang memukau, namun penting untuk selalu mengingat etika snorkeling demi menjaga kelestarian ekosistem laut yang rapuh. Setiap gerakan dan interaksi kita di dalam air memiliki dampak, dan dengan memahami serta menerapkan panduan yang benar, kita bisa turut melestarikan keajaiban bawah laut untuk generasi mendatang.

Salah satu etika snorkeling yang paling fundamental adalah tidak menyentuh, menginjak, atau mengambil apapun dari laut, terutama terumbu karang. Terumbu karang adalah organisme hidup yang sangat sensitif dan membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk tumbuh. Sentuhan kecil sekalipun dapat merusak polip karang dan menghambat pertumbuhannya. Pada Minggu, 12 Januari 2025, pukul 11.00 WIB, di kawasan spot snorkeling populer di Pulau Menjangan, Bali, seorang ranger taman laut terlihat menegur seorang pengunjung yang tidak sengaja menginjak karang dangkal, menekankan pentingnya menjaga jarak aman.

Selain itu, etika snorkeling juga mencakup penggunaan sunscreen yang ramah lingkungan (reef-safe). Banyak sunscreen konvensional mengandung bahan kimia seperti oxybenzone dan octinoxate yang terbukti merusak terumbu karang dan biota laut lainnya. Beralih ke produk yang tidak mengandung bahan-bahan berbahaya ini adalah langkah kecil namun berdampak besar. Pada hari Kamis, 6 Februari 2025, Komunitas Pecinta Lingkungan Laut mengadakan sosialisasi di Pantai Sanur, Denpasar, mengedukasi wisatawan tentang pentingnya memilih sunscreen yang tepat sebelum beraktivitas di laut.

Memberi makan ikan juga termasuk praktik yang tidak disarankan dalam etika snorkeling. Memberi makan ikan dapat mengubah pola makan alami mereka, membuat mereka bergantung pada manusia, dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Selain itu, makanan yang kita berikan mungkin tidak cocok untuk sistem pencernaan ikan. Inspektur Dua (Ipda) Nurul Huda, seorang petugas Satuan Polisi Air dan Udara (Satpolairud) di Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat, pada 20 Maret 2025, sering mengingatkan wisatawan di Gili Trawangan untuk tidak memberi makan ikan saat beraktivitas di perairan, karena hal tersebut dapat merusak kebiasaan alami biota laut dan berpotensi menarik predator ke area dangkal.

Dengan menerapkan etika snorkeling ini, kita tidak hanya menikmati keindahan bawah laut, tetapi juga menjadi agen pelestarian. Tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa keajaiban laut ini tetap lestari dan sehat untuk dinikmati oleh semua.