BAPOMI Nias mengambil langkah proaktif untuk mengatasi keterbatasan fasilitas olahraga. Mereka kini fokus membina cabang-cabang olahraga non-mainstream yang minim sarana khusus. Inisiatif ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga memanfaatkan potensi Bakat Lokal yang terpendam di kepulauan. Hal ini diharapkan membuka peluang prestasi baru bagi mahasiswa Nias.
Keputusan ini muncul dari kesadaran bahwa potensi Bakat Lokal sering terabaikan karena fokus hanya pada olahraga populer. BAPOMI Nias melihat peluang besar pada cabang seperti panjat tebing, atletik lapangan, atau bahkan olahraga tradisional. Fokus ini memungkinkan penggunaan sarana yang lebih sederhana dan adaptif terhadap kondisi geografis Nias.
Pembinaan intensif dimulai dengan identifikasi atlet potensial di berbagai kampus. Setelah itu, mereka diberikan pelatihan dengan pendekatan yang kreatif. Keterbatasan sarana diubah menjadi tantangan untuk berinovasi. Ini melatih daya juang dan ketangguhan yang menjadi ciri khas Bakat Lokal mahasiswa Nias.
Salah satu tantangan terbesar adalah penyediaan pelatih bersertifikasi. BAPOMI Nias menyiasatinya dengan mengadakan lokakarya dan pelatihan bagi dosen olahraga lokal. Tujuannya adalah membangun tim pelatih yang mampu memaksimalkan potensi Bakat Lokal mahasiswa. Investasi pada sumber daya manusia ini sangat vital.
Olahraga non-mainstream seringkali tidak memerlukan infrastruktur semahal sepak bola atau bulutangkis. Ini membuat program BAPOMI lebih berkelanjutan dan mudah diimplementasikan. Dengan fokus ini, lebih banyak mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri. Ini adalah strategi cerdas dalam kondisi serba terbatas.
Program pembinaan ini juga mencakup aspek mental dan nutrisi. Atlet tidak hanya dilatih fisik, tetapi juga mentalitas juara. BAPOMI menyadari bahwa untuk bersaing di tingkat nasional, dibutuhkan persiapan holistik. Semangat pantang menyerah adalah modal utama mereka.
Dampak dari inisiatif ini mulai terasa. Beberapa atlet dari cabang non-mainstream berhasil meraih medali di tingkat regional. Keberhasilan ini menjadi motivasi besar bagi mahasiswa lain. Ini membuktikan bahwa Bakat Lokal Nias mampu bersaing asalkan diberikan kesempatan dan pembinaan yang tepat.
BAPOMI Nias berharap program ini menjadi model bagi daerah lain dengan tantangan sarana serupa. Mereka menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan. Kreativitas dan fokus pada potensi spesifik daerah adalah kunci untuk mencetak prestasi. Semangat ini patut diapresiasi.